
Manado, 1 November 2025 — Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Manado menyelenggarakan Workshop Pengabdian Berbasis Riset dan Ekoteologi pada Sabtu (1/11/2025) di Hotel Aryaduta Manado. Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas dosen dan peneliti dalam mengembangkan model pengabdian yang berbasis riset, kolaboratif, dan berkelanjutan.



Ketua LP2M IAIN Manado, Dr. Ardianto, M.Pd., dalam sambutannya menegaskan bahwa workshop ini merupakan bagian dari agenda strategis LP2M untuk memperkuat arah pengabdian kepada masyarakat agar tidak sekadar berorientasi pada kegiatan, tetapi juga berpijak pada hasil riset dan penguatan kapasitas masyarakat.
“Workshop ini menjadi ajang penting mempertemukan para akademisi lintas kampus dalam membahas metodologi dan praktik terbaik pengabdian yang berdampak nyata. LP2M berkomitmen menghadirkan program PkM yang tidak hanya akademik, tetapi juga berpihak pada penguatan masyarakat dan pelestarian lingkungan,” ungkapnya.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Rektor IAIN Manado, Prof. Dr. Ahmad Rajafi, M.H.I, yang mengapresiasi inisiatif LP2M dalam memperkuat pendekatan pengabdian berbasis riset dan ekoteologi.
“Workshop ini sejalan dengan visi IAIN Manado sebagai Community Service University — kampus yang tidak hanya meneguhkan diri sebagai institusi multikultural dan moderat, tetapi juga aktif berkontribusi pada pemberdayaan sosial dan ekologis,” ujar Rektor.
Workshop ini diikuti 50 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Sulawesi Utara, yaitu IAIN Manado, IAKN Manado, IAIM Kotamobagu, Universitas Muhammadiyah Manado, Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT), dan Universitas Nusantara Manado.

Sebagai narasumber utama, Prof. Rajafi memaparkan materi berjudul “Model Regional Centre of Expertise (RCE): Sebagai Strategi Pengabdian Masyarakat Berbasis Riset dan Moderasi Beragama di IAIN Manado.” Beliau menjelaskan bahwa RCE, yang diinisiasi United Nations University (UNU), merupakan platform kolaboratif untuk implementasi Education for Sustainable Development (ESD) di tingkat lokal. Melalui strategi ini, perguruan tinggi dapat mengintegrasikan riset, pendidikan, dan pengabdian dalam satu ekosistem kolaboratif yang berdampak berkelanjutan.
Empat arah strategis penguatan RCE di IAIN Manado yang ditegaskan Prof. Rajafi meliputi:
- Governance – penguatan tata kelola dan koordinasi program,
- Collaboration – pembangunan jejaring lintas lembaga dan komunitas,
- Research and Policy – menjadikan riset sebagai dasar kebijakan dan kegiatan pengabdian,
- Transformative Education – menanamkan nilai keberlanjutan dan moderasi dalam praksis pendidikan dan sosial.
Narasumber kedua, Dr. Agus Afandi, M.Fil.I (Kepala PPM UIN Sunan Ampel Surabaya), memaparkan pentingnya menjadikan PkM sebagai proses pemberdayaan berkelanjutan berbasis riset. Ia menekankan bahwa pengabdian perlu dirancang sebagai intervensi jangka panjang yang terukur.
“PkM tidak hanya kegiatan sosial sesaat. Ia harus berbasis riset, partisipatif, dan berorientasi pemberdayaan. Kegiatan seperti KKN sebaiknya dilaksanakan secara berkelanjutan di lokasi yang sama minimal lima tahun agar dampaknya jelas dan terukur,” jelasnya.
Sebagai salah satu penyusun Juknis PkM Litapdimas Diktis Kemenag, Dr. Afandi juga memberikan strategi penyusunan proposal, termasuk penerapan metode Participatory Action Research (PAR) dan Asset-Based Community Development (ABCD).
Diskusi berlangsung hangat dan interaktif dipandu oleh Dr. Munir Tubagus, Kepala Pusat PkM LP2M IAIN Manado, yang berhasil mendorong pertukaran gagasan antara narasumber dan peserta.
Menutup kegiatan, Dr. Ardianto menegaskan bahwa workshop ini menjadi pondasi penguatan budaya PkM berkelanjutan di lingkungan IAIN Manado.
“Workshop ini bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan ruang kolaborasi untuk memperkuat posisi IAIN Manado sebagai kampus yang responsif terhadap isu sosial dan ekologis,” tutupnya.
